Ketam Kenari atau Kelomang Raksasa

Hayo siapa yang sewaktu kecil suka beli keong atau kelomang. Biasanya dulu dijual di halaman sekolah dasar, dijual dengan harga sangat murah Rp 50,- sampai Rp 1.000,- pada masanya.

Saya dulu sering membelinya, namun tidak pernah bertahan lama ketika dipelihara, biasanya hari ketiga sudah hilang, tidak tahu hilang kemana, entah mati atau kemana, yang jelas hanya menyisakan rumah/ cangkangnya saja.

Misteri yang akhirnya terpecahkan. Jadi, seiring waktu, tubuhnya hidup pasti membesar, dan si kelomang ini mencari rumah baru yang sesuai dan nyaman untuk tubuhnya. Jadi rumah yang kita kenali sewaktu kita beli itu adalah "rumah sewaan", rumah itu akan digunakan oleh kelomang yang lebih kecil sebagai perlindungan diri sementara.

Btw, kali ini saya tidak mau bahas soal kelomang itu, tapi ini masih berhubungan, mirip-mirip bahkan, dan masih ada hubungan saudara, walau kebanyakan orang menamai mereka sebagai kepiting kelapa atau ketam kenari, hingga kelomang raksasa. Tapi sebenarnya tidak dekat hubungannya dengan kepiting. Mari kita cari tahu lebih lanjut tentang anthropoda darat terbesar saat ini.

Ilustrasi, menggambarkan betapa raksasanya kelomang ini, wajar jika kita menyebutnya Birgus latro ini sebagai kelomang raksasa • source: mongabay

Ketam kenari atau kepiting kelapa atau kelomang raksasa atau di daerah Maluku Utara dikenal dengan sebutan gatang kenari. Hewan bercapit satu ini punya nama ilmiah Birgus latro.

Mari kita lihat klasifikasi ilmiahnya:
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Famili: Coenobitidae
Genus: Birgus
Sepsies: Birgus latro

Meskipun dikenal dengan sebutan 'kepiting' sebenarnya hubungan kekerabatannya tidak dekat dengan kepiting itu sendiri. Dia lebih mirip kelomang, hanya ukurannya yang besar. Jadi sebenarnya cocoknya disebut kelomang raksasa atau kelomang kelapa.

Kenapa dikenal kelomang kelapa? Itu karena dia senang memanjat pohon kelapa dan memakan buah kelapa, dengan capitnya yang besar itu mampu mengupas kelapa yang cukup keras. Kekuatan capitnya berkisar pada 1500N, sebagai perbandingan kekuatan gigitan manusia hanya dikisaran 700-800N. Cukup keras bukan jika tangan anda tercapit kelomang raksasa ini.

Birgus latro ini punya ukuran tubuh bisa sampai  40 centimeter sampai 200 centimeter bentangan capitnya, beratnya bisa mencapai 4 kg.

Birgus latro ini berkembang biak dengan bertelur. Ketika bertelur, Birgus latro akan menetaskan telurnya ke laut, dan selama beberapa waktu Birgus latro kecil akan hidup berenang terbawa arus laut sebagai 'plankton'.

Semakin besar, dia akan hidup seperti kelomang kecil di dasar laut, dia bernafas di dalam air, dengan mencari perlindungan dari cangkang keong kecil. Hingga akhirnya mulai beranjak besar, mereka akan ke darat dan hidup di darat. Sejak saat itu, dia tak lagi membawa 'rumah' karena mekanisme tubuhnya sudah menciptakan semacam eksokeleton.

Setiap setahun sekali Birgus latro ini akan berganti kulit, karena dia bertumbuh besar, eksokeleton yang lama akan ditanggalkan berganti dengan eksokeleton baru, yang kemudian akan mengeras kembali menjadi pelindung tubuhnya, begitu terus siklusnya.

Birgus latro ini sebenarnya dikenal sebagai pemakan segala, walau ada yang menyebutnya mereka vegetarian. Tapi di alam liar, Birgus latro ini memakan apapun yang ditemukan, seperti dedaunan, mangga laut, buah busuk, telur penyu, bangkai, hingga memakan sesamanya yang lebih kecil, krustasea kecil, bahkan ada yang pernah mendokumentasikan Birgus latro ini memakan burung.

Di alam liar, Birgus latro ini hidup di daerah kepulauan Samudra Hindia hingga Samudra Pasifik tengah. Seperti di Kepulauan Christmass, Kepulauan Glorioso, Pulau Maluku Indonesia, Taman Nasional Wakatobi, Indonesia, Kepulauan Andaman, Kepulauan Chagos, intinya masih berada di wilayah Samudra Hindia hingga Pasifik tengah.

Birgus latro ini membuat sarang dengan menggali tanah atau pasir atau memanfaatkan celah-celah bebatuan.

Birgus latro di beberapa kepulauan statusnya sudah ada yang punah. Birgus latro dewasa punya predator berbahaya adalah manusia. Ketika usia masih kecil, predatornya adalah tikus, babi, hingga semut kuning.

Manusia kerap memakan Birgus latro karena dipercaya punya khasiat untuk kesehatan. Meski ada Birgus latro yang beracun ketika dikonsumsi, itu karena makanan yang dimakan Birgus latro, biasanya ketika Birgus latro memakan buah mangga laut yang beracun.

Birgus latro ini mempunyai kandungan gizi yang baik antara lain protein, omega 3, DHA, fosfor, magnesium, zat besi, zinc, lemak, karbohidrat, vitamin A, B12 hingga vitamin C.

Oleh karena itu di beberapa wilayah, Birgus latro ini coba dibudidayakan, dengan mengambil bibitnya dari alam liar. Meski begitu, proses budidaya ini terkadang tak sejalan dengan pengambilan langsung di alam, karena permintaan pasar akan produk konsumsi dari Birgus latro ini.

Inilah dia yang membuat Birgus latro makin berkurang jumlah.nya di alam, terutama untuk Birgus latro berukuran besar-besar.

Nah begitulah kira-kira informasi soal kelomang raksasa ini. Meskipun berkhasiat, janganlah diburu atau diperjual belikan ya, ini hewan langka. Jangan sampai hewan satu ini menjadi fosil. Gelar sebagai arthropoda darat terbesar bisa jadi kekaguman tersendiri untuk anak cucu kita belajar banyak hal dari hewan ini.

Tahu banyak, banyak tahu dan selalu cari tahu untuk menambah informasi dan wawasan dari segala sesuatu di sekitar kita. Salam. SSDK

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Untuk pertama kali lihat itu gede banget sih ukurannya.. jumbo banget hh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar, besar sekali, keong raksasa kalau anak kecil bilang. Menyeramkan sih kalau kena capitnya, kelapa saja bisa terkelupas, apalagi daging lemah kita ini.

      Hapus

Tinggalkanlah pesan, maka saya akan cari anda sambil saya berselancar di dunia ini ...